Senin, 02 Januari 2012

SOP penyusunan tesis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam penulisan usulan penelitian, peneliti harus melakukan identifikasi masalah penelitian sebagai langkah awal. Untuk dapat mengidentifikasi masalah secara baik, perlu dipilih topic yang menarik dan layak untuk diteliti. Dalam latar belakang masalah, peneliti berusaha meyakinkan pembaca bahwa penelitian yang diusulkan memang penting, dan diperkirakan dapat memberikan kontribusi teoritik atau praktis.
Latar belakang penelitian berisi alasan peneliti untuk melakukan suatu penelitian dengan cara menjelaskan konteks penelitian, mendeskripsikan masalah penelitian, dan menjelaskan bagaimana dan mengapa masalah tersebut perlu diteleiti. Setelah membaca latar belakang, pembaca diharapkan mempunyai gambaran mengenai :
1. Konteks masalah penelitian : situasi yang melatarbelakangi masalah yang perlu diteleiti.
2. Kepentingan penelitian : apa manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian? Siapa yang akan mendapat manfaat ? apakah manfaat tersebut cukup berarti bagi masyarakat dan peneliti ?
3. Apa yang belum diketahui, sehingga kita ingin meneliti masalah tersebut ? apa yang perlu ditingkatkan dan mengapa ?
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat digunakan untuk menilai latar belakang penelitian :
1. Apakah fakta yang disampaikan dalam latar belakang telah menunjukkan bahwa masalah penelitian layak untuk diteliti ?
2. Apakah rumusan masalah penelitian tidak terlalu luas dan kabur ?
3. Apakah masalah penelitian cukup penting untuk diteliti ?
4. Apakah fakta dan uraian dilator belakang relevan dengan rumusan masalah penelitian ?
5. Apakah masalah penelitian telah dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau pernyataan interogatif atau membuka peluang penyelidikan ?
Kriteria masalah
Masalah terjadi apabila terdapat kesenjangan antara apa yang seharusnya (das Sollen) dengan apa yang terjadi ( das Sein). Banyak masalah penting yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa masalah tidak perlu diteliti, karena sudah jelas konteks dan penyebabnya, sehingga peneliti tidak perlu mengumpulkan data untuk menjelaskan masalah tersebut. Salah satu cirri masalah yang dapat dikembangkan menjadi masalah penelitian adalah jika permasalahan tersebut dapat diselidiki melalui pengumpulan dan analisis data.
Masalah penelitian sering dirumuskan sebagai hubungan antara dua konstruk atau lebih yang masih perlu dijabarkan secara operasional, sehingga data dapat dikumpulkan dan disanalisis untuk menghasilkan kesmpulan tentang hubungan tersebut. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan permasalahan penelitian antara lain : prioritas masalah yang dihadapi oleh suatu institusi atau masyarakat, dan apakah masalah tersebut dapat diteliti.
Suatu masalah dapat diangkat menjadi masalah penelitian jika memenuhi beberapa persyaratan, yaitu kemampulaksanaan (feasibility), menarik, memberikan sesuatu yang baru, etis dan relevan. Kelima hal tersebut sudah dirumuskan oleh Hulley dan Cummings dengan singkatan FINER (feasible, interesting, novel, etichal, relevant). Feasible artinya layak dari segi dana, waktu, alat, dan keahlian, dan tersedianya subjek penelitian) interesting apabila suatu masalah menarik bagi peneliti, novel yaitu membantah atau mengkonfirmasi, menambah atau mengembangkan penemuan/penenlitian terdahulu dan menemukan sesuatu yang baru, etichal yaitu tidak bertentangan dengan etika penelitian , relevant yaitu relevan bagi ilmu pengetahuan dan sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya.
B. Perumusan masalah
Perumusan masalah merupakan kalimat-kalimat ringkas, yang dapat mengarahkan penelusura atas teori-teori yang sesuai dengan dengan masalah penelitian, dan bukti-bukti empirik yang mendukung atau menolak teori-teori tersebut . Ada beberapa kriteria dalam menuliskan perumusan masalah yang baik, yakni :
1. Masalah sebaiknya dirumuskan dengan ringkas, akurat dan memungkinkan penjelasan atau pengujian secara empiris. Rumusan masalah dapat mempersoalkan hubungan atau perbedaan.
2. Rumusan masalah dapat berbentuk kalimat tanya.
3. Walaupun masalah yang diteliti bersifat kompleks, rumusan masalah harus sedemikian jelas, sehingga tidak ditafsirkan secara berbeda – beda.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pernyataan peneliti mengenai hasil akhir yang akan dicapai pada akhir penelitian ini. Perumusan tujuan penelitian memberikan arahan dalam penyusunan tinjauan pustaka, perumusan hipotesis, dan metode penelitian yang dipilih. Pernyataan tujuan penelitian mempertajam sasaran yang dicapai melalui penelitian, sekaligus juga membatasi lingkup penelitian agar tidak terlalu luas atau berubah-rubah selama penelitian berlangsung.
Tujuan penelitian sebaiknya dinyatakan dalam kalimat yang jelas dan spesifik, sehingga tidak memberikan pengertian ganda (ambiguous). Pernyataan tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai deskripsi, mengidentifikasi kuat hubungan dan efek suatu faktor terhadap kejadian yang terkait dengan kesehatan, dan penjelasan (explanatory) atas permasalahan penelitian.
D. Manfaat Penelitian
Pernyataan tentang manfaat penelitian menunjukkan secara eskplisit kontribusi hasil penelitian dalam pengembangan teori, perumusan kebijakan atau aplikasi hasil penelitian untuk meningkatkan kinerja , efisiensi dan pemerataan kesehatan pada tingkat individu maupun organisasi. Manfaat penelitian dinyatakan untuk mendukung bahwa penelitian layak dilakukan, dan merupakan justification alokasi sumber daya untuk melakukan penelitian, manfaat penelitian secara spesifik dapat diperoleh oleh stakeholder, misalnya individu dan masyarakat, atau organisasi dan seringkali baru diketahui ketika penelitian tersebut diterbitkan dijurnal ilmiah dan mendapat respon dari peneliti lain, namun peneliti harus menempatkan hasil penelitian yang dicapainya dalam konteks evolusi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
E. Keaslian Penelitian
Keaslian penelitian mencerminkan kemampuan mahasiswa untuk menelusuri dan mengidentifikasi penelitian terdahulu yang relevan dengan topic penelitiannya. Setiap penelitian dilakukan dalam konteks lingkungan yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, seklaipun penelitian tersebut merupakan replikasi penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Pernyataan tenang keaslian penelitian meliputi identifikasi penelitian sebelumnya yang sangat relevan dan perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan.
Perbedaan dengan penelitian terdahulu dapat meliputi kerangka teori, penerapan teori dalam situasi spesifik atau populasi khusus, atau generalisasi teoripada populasi yang lebih luas, kerangka konsep, rancangan penelitian, instrument penelitian, dan teknik analisis atau pemodelan data.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
Telaah pustaka adalah presentasi, klasifikasi dan evaluasi tentang apa yang telah ditulis oleh peneliti-peneliti lain mengenai suatu subyek tertentu. Tinjauan pustaka disusun berdasarkan tujuan penelitian, pertanyaan penelitian dan masalah yang akan dipecahkan
Tinjauan pustaka mempunyai dua bagian utama meskipun bagian-bagian tersebut tidak diidentifikasikan secara formal :
1. Dimulai dengan membuat garis besar apa yang telah dikerjakan orang lain dalam hal tertentu yang menjadi perhatian peneliti
2. Secara progresif menyempit menjadi kesenjangan dalam penelitian.
Pada tahap kedua hasil penelitian orang lain digunakan untuk mempertegas dan memperjelas kesenjangan ini, kemudian pernyataan ini dan hipotesis diajukan dengan tepat sebelum penelitian dimulai. Jadi perlu dilakukan tinjauan pustaka terlebih dahulu agar kemudian peneliti dapat menyusun pertanyaan penelitian atau hipotesis.
Pertanyaan penelitian dan hipotesis memberikan petunjuk pada proses penulisan tinajuan pustaka. Pertanyaan penelitian dan hipotesis tersebut tidak secara formal dinyatakan setelah akhir tinjauan pustaka. Sebalikanya tinajuan pustaka diperlukan agar akhirnya peneliti dapat sampai pada pernyataan penelitian dan hipotesis yang kuat.
Didalam menulis tinjauan pustaka, peneliti perlu menunjukkan kemampuan intelektualnya untuk mengenal informasi yang relevan, mensintesis dan mengevaluasinya menurut hipotesis yang telah dikembangkan dan dijadikan panduan. Untuk melakukan hal ini peneliti harus mampu menunjukkan bahwa ia dapat melakukan penelusuran kepustakaan dengan efisien, baik secara manual maupun computer, untuk mengidentifikasi makalah dan buku yang mungkin bermanfaat, dan melakukan kajian kritis atas informasi yang diperoleh yatu dengan menerapkan kaidah-kaidah analisis untuk mengidentifikasi penelitian yang tidak bias dan valid.
Tinjauan pustaka bukan hanya merupakan suatu ringkasan tetapi sintesis hasil pencarian informasi yang disusun secara konseptual :
1. Mengorganisasikan informasi dan menghubungkannya dengan pertanyaan penelitian atau hipotesis yang dikembangkan.
2. Mensintesis hasil menjadi ringkasan mengenai apa yang sudah dan apa yang belum diketahui.
3. Mengidentifikasi beda pendapat yang ada dipustaka.
4. Mengembangkan pertanyaan untuk penelitian lebih lanjut.
1. Kerangka Teori
Ketika mulai melakukan tinjauan pustaka kita akan segera menemukan bahwa masalah yang akan diteliti mempunyai akar dalam sejumlah teori yang telah dikembangkan dari perspektif yang berbeda. Informasi yang diperoleh dari bermacam-macam buku dan jurnal sekarang perlu dipisah-pisahkan sesuai dengan tema pokok dan teorinya, menyoroti kesepakatan dan ketidaksepakatan antar penulis dan mengidentifikasi pertanyaan yang belum terjawab atau kesenjangan yang masih ada. Kita juga akan menyadari bahwa pustaka berurusan dengan sejumlah aspek yang mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan topic penilaian kita. Gunakan aspek ini untuk mengembangkan kerangka teori. Tinajauan pustaka harus dapat memisah-misahkan informasi tersebut dalam kerangka ini. Kalau tinjauan pustaka dilakukan tidak dalam kaitan dengan kerangka ini maka kita tidak akan dapat mengembangkan focus pada waktu melakukan tinjauan pustaka. Kerangka teori memberikan panduan kepada kita pada waktu kita membaca pustaka. Jadi terdapat paradox disini , peneliti tidak akan dapat mengembangkan kerangka teori kalau peneliti belum mempelajari pustaka. Sebaliknya , kalau peneliti belum mempunyai kerangka teori maka peneliti tidak akan dapat membaca pustaka dengan efektif. Penyelesaiannya adalah dengan membaca beberapa pustaka, kemudian mencoba mengembangkan kerangka teori yang mungkin masih onggar tetapi dapat digunakan untuk merencanakan pustaka yang harus selanjutnya dibaca.
2. Keangka Konsep
Kerangka konsep berasal dari kerangka teori dan biasanya berkonsentrasi pada satu bagian dari kerangka teori. Kerangka teori terdiri dari teori-teori atau isyu-isyu dimana penelitian kita terlibat didalamnya sedangkan kerangka konsep menggambarkan aspek-aspek yang telah dipilih dari kerangka teori untuk dijadikan dasar masalah penelitiannya. Jadi kerangka konsep timbul dari kerangka teori dan berhubungan dengan masalah penelitian yang spesifik.
Kerangka konsep lazimnya disajikan dalam bentuk bagan yang berisi suatu rangkaian konstruk atau konsep, definisi dan proporsi yang saling berhubungan yang menyajikan pandangan sistematis tentang suatu fenomena dengan mencirikan hubungan antara variabel-variabel dengan tujuan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena tersebut.
B. Landasan Teori
Landasan teori dimaksudkan untuk menjadi dasar bagi penelitian yang akan dilakukan. Dalam landasan teori dijelaskan konsep-konsep dan teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian. Berbeda dengan tinjauan pustaka maka landasan teori lebih bersifat obyektif dalam arti bahwa yang diungkapkan disini adalah konsep dan teori yang telah dikenal dan dipahami secara luas oleh masyarakat peneliti dalam bidang yang dimaksud.
C. Hipotesis Dan Pertanyaan Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua variable atau lebih. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan dan secara umum maupun khusus menghubungkan variabel yang satu dengan variabel yang lain. Jika penelitian bersifat eksploratif dan memakai prosedur penelitian kualitatif maka tinjauan pustaka tidak akan menghasilkan hipotesis tetapi menghasilkan suatu pertanyaan penelitian yang akan dijawab oleh penelitian yang direncanakan. Pada dasarnya penelitian eksploratif bersifat kualitatif dan mempertanyakan variabel-variabel apa saja yang terlibat. Sebaliknya penelitian eksplanatori bersifat kuantitatif dan mempersoalkan hubungan antar variabel. Dugaan sementara tentang hubungan ini disajikan dalam bentuk hipotesis.
Ada dua kriteria untuk hipotesis yang baik, pertama hipotesis adalah pernyataan tentang hubungan antara variabel-variabel. Kedua, hipotesis mengandung implikasi yang jelas untuk pengujian hubungan yang dinyatakan itu. Kriteria itu berarti bahwa pernyataan hipotesis mengandung dua variabel atau lebih yang dapat diukur, atau berkemungkinan untuk dapat diukur, dan bahwa pernyataan hipotesis menunjuk secara dan tegas cara variabel-variabel itu berhubungan.
Hipotesis penelitian member arah dan petunjuk untuk penelitian. Mereka menunjukkan variabel bebas dan variabel tergantung yang akan diteliti. Mereka member arahan data macam apa yang harus dikumpulkan dan jenis analisis yang harus dikerjakan untuk mengukur hubungan. Hipotesis yang ditulis dengan baik memusatkan perhatian peneliti pada variabel-variabel spesifik.


BAB III
METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian yang menjelaskan secara rinci tentang bagaimana suatu peneitian dilakukan. Penjelasan ini akan menuntun seorang peneliti tentang langkah-langkah yang akan dilalui untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
A. Rancangan penelitian
1. Penelitian Kuantitatif
a. Jenis dan Rancangan Penelitian Kuantitatif
1. Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk memotret suatu kondisi atau fenomena yang terjadi pada suatu kelompok subjek tertentu. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mengukur magnitude suatu masalah atau fenomena, tanpa membuat kesimpulan yang bersifat sebab akibat.
2. Penelitian analitik
Penelitian analitik bertujuan untuk mengkaji kausa atau determinan dari suatu fenomena. Jadi dalam penelitian analitik dibuat satu kesimpulan yang sifatnyasebab akibat. Hubungan sebab akibat seperti itu tidak selalu bersifat kausal, tetapi juga bisa korelasional. Dalam penelitian analitik determinan yang hendak diukur pengaruhnya tersebut sudah terjadi sebelumnya (ex post facto) dan tidak di intervensi oleh penelitinya. Penelitian analitik dibagi menjadi : Penelitian potong lintang (cross-sectiona study),penelitian kasus pembanding ( case control study), dan penelitian kohor (cohort study).
3. Penelitian eksperimental
Penelitian eksperimental adalah suatu penelitian yang penelitinya memiliki otoritas untuk memberikan perlakuan (intervensi) kepada subjek penelitian Lazimnya digunakan dua atau lebih kelompok penelitian, dan tiap kelompok menerima perlakuan yang berbeda.
Penelitian eksperimental murni terdiri dari :
a) Rancangan acak lengkap (completely randomized design)
b) Rancangan factorial (Factorial design)
c) Rancangan sama subjek (Within subject design)
d) Rancangan pola silang ( Cross over design)
e) Rancangan blok lengkap teracak (Randomized complete block design)
f) Rancangan blok tak lengkap berimbang (Balanced complete block design)
Rancangan dalam penelitian eksperimental kuasi, diantaranya adalah :
a) Rancangan pretest dan posttest (One group pretest-postest design)
b) Rancangan Solomon (Randomized soloman for four group design)
c) Rancangan pretest dan posttest dengan kelompok kontrol (Pretest- posttest with comtrol group design)
2. Penelitian Kualitatif
Creswell (1988) mendefinisikan penelitian ini sebagai suatu proses untuk memperoleh pemahaman menggunakan prinsip metodologi tertentu yang mampu mengeskplorasi masalah social atau manusia. Peneliti mengembangkan pendapat responden (perspektif emik), serta menelitinya dikonteks yang sesungguhnya (alamiah). Rancangan, proses pengumpulan data serta strategis analisis data dilakukan secara kualitatif.
3. Penelitian Studi Kasus
Studi kasus adalah salah satu metode penelitian yang diterapkan dalam ilmu-ilmu social. Studi kasus mempelajari pertanyaan penelitian yang menanyakan “bagaimana” atau “ mengapa”. Menurut Yin (1994) studi kasus adalah suatu inklusi empiris yang menyelidiki fenomena didalam konteks kehidupan yang nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks yang dipelajari tidak tampak dan tegas dan bila multi sumber bukti dibutuhkan.
Penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi 3 jenis penelitian yanitu penelitian studi kasus eksploratori, deskriptif dan eksplanatori (kausal). Studi kasus eksploratori bertujuan untuk merumuskan pertanyaan atau hipotesis dari suatu penelitian (yang belum tentu menggunakan studi kasus) atau menetapkan kelayakan dari suatu prosedur penelitian yang diinginkan, cara pengumpulan dat, bahkan strategis analisis data. Apabila hal-hal tersebut telah ditetapkan, maka studi kasus eksplanatori pun berakhir. Studi kasus deskriptif menyajikan deskripsi lengkap dari suatu fenomena yang diamati dalam konteks yang nyata. Sedangkan studi kasus eksplanatori berusaha membuktikan suatu hubungan sebab akibat, dengan memberikan penjelasan terhadap fenomena yang diamati.
B. Subjek Penelitian
Deskipsi tentang subjek penelitian mencakup batasan populasi besar sampel, dan cara pengambilan sampel.
1. Batasan Populasi
Yang dimaksud dengan populasi adalah kelompok subjek yang menjadi sasaran penelitian. Sasaran penelitian semacam itu bisa berupa manusia, bisa berupa binatang, dan dapat pula berupa benda mati. Batasan populasi mendeskripsikan ciri-ciri kelompok kearah mana hasil penelitian ini akan digeneralisasikan. Ciri-ciri tersebut bisa berupa ciri lokasi geografik atau administartif, karakteristik subjek , karakteristik penyakit. Pembatasan populasi ini didasarkan atas masalah dan tujuan penelitian. Secara eksplisit batasan populasi dapat dinyatakan dalam kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Perekrutan subjek penelitian dilakukan terhadap subjek yang ditemui, dengan melakukan dua kali saringan. Saringan pertama disebut kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah batasan-batasan yang mengijinkan subjek masuk kedalam penelitian. Tetapi tidak semua subjek yang masuk saringan pertama otomatis boleh terlibat dalam penelitian, yakni jika mereka memiliki kontra indikasi tertentu. Saringan kedua inilah yang disebut kriteria eksklusi.
2. Besar Sampel
Suatu penelitian seharusnya dilakukan terhadap seluruh anggota populasi. Akan tetapi, penelitian terhadap seluruh anggota populasi sangat memerlukan dukungan dana, peralatan, waktu dan tenaga yang sangat besar. Bila peneliti tidak memiliki sumber daya yang cukup, atau jika suatu penelitian bersifat destruktif, atau sutau penelitian populasinya hipotesis, maka peneliti “terpaksa” meneliti “ hanya” terhadap sebagian anggota populasi saja.Sebagian populasi tersebut disebut sampel. Besar sampel harus ditentukan dengan menggunakan rumus yang sesuai.
3. Cara Pengambilan Sampel
Pengambila sampel meliputi : teknik pengambilan sampel probabilistic dan teknik pengambilan sampel non probabilistik. Teknik pengambilan sampel probabilistik meliputi : pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling), pengambilan sambil sistematis (systematic sampling), pengambilan sampel acak stratifikasi (stratifikasi random sampling), pengambilan sampel kelompok (cluster sampling) dan pengambilan sampel bertingkat (multistage sampling). Pengambilan sampel non-probabilistik meliputi : sampling aksidental atau seadanya (accidental sampling, convenience sampling), sampling purposive (purposive sampling), sampling kuota (quota sampling), sampling bola salju (snowball sampling). Adakalanya sampel diambil dengan cara menyetarakan (mencocokkan) ciri-ciri individu kelompok lainnya. Pengambilan sampel dengan cara menyetarakan ini disebut matching. Matching juga termasuk dalam pengambilan sampel non probabilistic.
C. Identifikasi Variabel penelitian
Bagian ini mendeskripsikan tentang variabel atau faktor yang diamati (diteliti) dalam suatu peneliti. Penetapan variabel penelitian didasarkan atas kerangka konsep yang telah dibangun berdasarkan tinjauan pustaka. Variabel – variabel penelitian dikelompokkan menurut fungsinya, yaitu variabel pengaruh (independent variable, variabel bebas), variabel terpengaruh (dependent variable, variable terikat), variabel pengganggu (nuisance variable), dan variable terkendali. Dalam penelitian tertentu dikenal juga variabel antara (intervening variable) dan variabel moderator.
D. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah penjelasan tntang bagaimana suatu variabel akan diukur serta alat ukur apa yang digunakan untuk mengukurnya. Jadi definisi ini mempunyai implikasi praktis dalam proses pengumpulan data. Definisi operasional variabel bukanlah definisi teoritis. Tidak semua variabel perlu diberikan definisi operasionalnya, hanya variabel-variabel yang mempunyai lebih dari satu cara pengukuran, atau variabel yang pengukurannya spesifik, atau variabel yang belum memiliki alat ukur standard an perlu dikembangkan alat ukur oleh peneliti.
E. Instrumen Penelitian
Alat ukur penelitian bisa berupa alat ukur standar seperti timbangan, thermometer, dan sebagainya. Alat ukur juga bisa berupa indeks, misalnya indeks massa tubuh, indeks disabilitas, dan sebagainya. Alat ukur juga bisa berupa kuesioner yang terbagi menjadi kuesioner tertutup dan terbuka. Alat ukur yang berupa kuesioner lazimnya tidak standar, dalam arti tidak terbakukan untuk bisa digunakan dimanapun. Dalam banyak penelitian, peneliti terpaksa harus menyusun sendiri kuesioner tersebut. Jika peneliti mengembangkan sendiri alat ukur yang akan digunakan, misalnya kuesioner, maka peneliti harus mengkaji apakah alat ukur tersebut baik. Alat ukur disebut baik jika memiliki dua atribut, yaitu valid (sahih) dan reliable (terpercaya). Untuk itu peneliti harus melakukan kajian untuk mengukur dan meningkatkan validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut, dengan cara melakukan uji coba (try out). Harus dijelaskan bagaimana uji coba tersebut dilaksanakan, dalam hal : kapan, dengan metode apa, siapa subjek yang dikenai uji coba, analisis datanya, dan bagaimana hasilnya.
F. Cara Analisis Data
Cara analisis data menjelaskan tentang bagaimana seorang peneliti mengubah data hasil penelitian menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan penelitian.
G. Etika Penelitian
Dalam bagian ini diuraikan bahwa peneliti telah melakukan langkah-langkah atau prosedur yang berkaitan dengan etika penelitian, terutama yang berhubungan dengan perlindungan terhadap subjek penelitian, baik berupa manusia, hewan coba, institusi, atau system dalam suatu institusi.
H. Keterbatasan Penelitian
Tidak ada penelitian yang sempurna. Setiap penelitian pasti memiliki keterbatasan. Dalam bagian ini disajikan keterbatasan peneliti secara teknis yang mungkin mempunyai dampak secara metodologis maupun substantif.
I. Jalannya Penelitian
Dalam bagian ini disajikan langkah-langkah yang dilakukan peneliti secara kronologis dalam proses penelitian. Uraian ini penting, karena dapat digunakan untuk menilai apakah proses penelitian dapat mempengaruhi hasil penelitian. Kecuali itu disajikan pula penyimpangan dari rencana semula yang terpaksa harus dilakukan karena adanya keterbatasan-keterbatasan penelitian. Harus dijelaskan penyimpangan tersebut tidak mempengaruhi validitas penelitian. Jika hal itu mempengaruhi hasil penelitian, haruslah dijelaskan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh peneliti untuk mengurangi pengaruh tersebut seminimal mungkin.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN
A. Hasil Penelitian
Hasil suatu penelitian dapat disajikan melalui tiga jenis penyajian yakni : penyajian tekstual, penyajian tabular dan penyajian grafik. Lazimnya peneliti menyajikan dengan kombinasi dua teknik, yaitu tekstual dan tabular, dan / atau tekstual dan grafik. Maksudnya data disajikan melalui teks secara naratif, kemudian informasi yang sama juga disajikan lagi dengan menggunakan tabel atau grafik. Dalam penyajian tekstual, peneliti diwajibkan untuk mendeskripsikan data sejelas dan sederinci mungkin, tetapi tidak harus menyajikan semua hal. Yang harus disajikan secara naratif adalah hal-hal yang menonjol dari data tersebut, misalnya persentase (frekuensi) terbesar, persentase (frekuensi) terkecil, rerata terbesar, rerata terkecil, atau perbedaan (selisih) terbesar, perbedaan terkecil dan perbedaan atau hubungan yang bermakna. Informasi lain yang lebih detail bisa diperoleh oleh pembaca dari tabel atau hubungan yang bermakna. Informasi lain yang lebih detail bisa diperoleh oleh pembaca dari tabel atau grafik.
B. Pembahasan
Esensi dari pembahasan adalah menjelaskan mengapa hasil penelitian yang dilakukan seperti itu. Penjelasan harus dibuat bukan hanya jika hasil penelitian tidak sesuai dengan hipotesis, bahkan sesuaipun harus dibuat penjelasannya. Uraian tersebut memuat penjelasan secara teoritik, tentang mekanisme mengapa hasilnya seperti itu. Uraian juga harus menjelaskan posisi hasil penelitian ini dengan hasil penelitian- penelitian terdahulu, apakah sama atau berbeda. Penjelasan mengapa hasil penelitian yang dilakukan seperti itu, dapat dilakukan dengan focus pada aspek teoritik dan aspek metodologis. Pada aspek teoritis perlu dijelaskan dan dibandingkan antara premis-premis yang sudah digunakan untuk membangun hipotesis dengan kenyataan empiris dilapangan. Bila teori yang ada masih belum mampu menjelaskan fenomena tersebut, maka dapat digunakan asumsi-asumsi ilmiah, dengan menggunakan logika, baik deduktif maupun induktif. Pada aspek metodologis, perlu disadari bahwa tidak ada penelitian yang sempurna. Ketidaksempurnaan tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi hasil penelitian. Dalam kaitannya dengan hal ini, peneliti perlu mengkaji kemungkinan hasil penelitian tersebut dipengaruhi oleh kontribusi langkah-langkah metodologis yang telah dilakukan.



DAFTAR PUSTAKA

Creswell JW. Qualitative inquiry and research design : Choosing among five traditions. London : Sage Publications, 1998
Dahlgreen L,Emmelin M, Winkvist A. Qualitatif methodology for international public health.Sweden : Umea University ; 2004
Utarini A. mengenal paradigm dan rancangan penelitian kualitatif. Naskah tulisan buku (in progress) ; 2005
WHO. Qualitative research for health programmes. Geneva : WHO Division of Mental Health ; 1994
Yin,RK. Case study research : design and methods. Second edition. London : Sage Publications ; 1994
Yin,RK. Applications of case study research. Second edition. London : Sage Publications ; 2003

1 komentar:

  1. Artikenya sangat bagus, dapat menambah wawasan. Teruslah berkarya. Kunjugi http://albaedu.blogspot.com

    BalasHapus